Hubungan Manusia dan Pandangan Hidup
Suatu
worldview terbentuk dalam pikiran individu secara perlahan-lahan (in a
gradual manner), bermula dari akumulasi konsep-konsep dan sikap mental
yang dikembangkan oleh seseorang sepanjang hidupnya, sehingga akhirnya
membentuk framework berfikir (mental framework) atau worldview.[8]
Secara epistemologis proses berfikir ini sama dengan cara kita mencari
dan memperoleh ilmu, yaitu akumulasi pengetahuan a priori dan a
posteriori.[9]
Proses itu dapat dijelaskan sebagai berikut: ilmu pengetahuan yang
diperoleh seseorang itu sudah tentu terdiri dari berbagai konsep dalam
bentuk ide-ide, kepercayaan, aspirasi dan lain-lain yang kesemuanya
membentuk suatu totalitas konsep yang saling berkaitan dan
terorganisasikan dalam suatu jaringan (network). Jaringan ini membentuk
struktur berfikir yang koheren dan dapat disebut sebagai “achitectonic
whole”, yaitu suatu keseluruhan yang saling berhubungan.
Maka dari itu pandang hidup seseorang itu terbentuk tidak lama setelah
pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk konsep-konsep itu membentuk
suatu keseluruhan yang saling berhubungan.[10] Jaringan architektonik
(architectonic network) ini kebanyakan terbentuk oleh pendidikan dan
masyarakat, dan dalam kasus Islam dibentuk utamanya oleh agama.
Proses pembentukan pandangan hidup dalam kebudayaan atau masyarakat
pada umumnya sama seperti yang dijelaskan diatas, tapi terdapat
beberapa perbedaan teknis, khususnya dalam kaitannya dengan kegiatan
keilmuan. Jika dalam pandangan hidup suatu masyarakat tidak terdapat
konsep ilmu atau konsep-konsep lain yang berkaitan, maka pandangan
hidup itu hanya berperan sebagai kondisi berfikir (mental environment)
yang tidak menjamin adanya kegiatan ilmiah atau penyebaran ilmu
pengetahuan di masyarakat.
Worldview seperti ini memerlukan apa yang disebut scientific conceptual
scheme (kerangka konsep keilmuan), yang dengan itu kegiatan keilmuan
dapat dilaksanakan. Jika pandangan hidup suatu masyarakat itu telah
memiliki konsep ilmu atau konsep-konsep lain yang berkaitan maka
pandangan hidup itu akan berkembang melalui cara-cara ilmiah. Melihat
kedua proses pembentukan dan pengembangan worldview yang seperti ini,
maka worldview dapat dibagi menjadi natural worldview dan transparent
worldview. Disebut demikian karena yang pertama terbentuk secara alami
sedangkan yang kedua terbentuk oleh suatu kesadaran berfikir.[11]
Namun dalam transparent worldview disseminasi ilmu pengetahuan tidak
selalu dengan cara-cara ilmiah dalam kerangka konsep keilmuan
(scientific conceptual scheme), yaitu suatu mekanisme canggih yang
mampu melahirkan pengetahuan ilmiah dan melahirkan pandangan hidup
ilmiah (scientific worldview).[12] Terdapat pula transparent worldview
yang lahir tidak melalui kerangka konsep keilmuan, meskipun substansinya
tetap bersifat ilmiah. Pandangan yang lahir dengan cara itu adalah
pandangan hidup Islam. Sebab pandangan hidup Islam tidak bermula dari
adanya suatu masyarakat ilmiah yang mempunyai mekanisme yang canggih
bagi menghasilkan pengetahuan ilmiah.
Pandangan hidup Islam dicanangkan oleh Nabi di Makkah melalui
penyampaian wahyu Allah dengan cara-cara yang khas. Setiap kali Nabi
menerima wahyu yang berupa ayat-ayat al-Qur’an, beliau menjelaskan dan
menyebarkannya kemasyarakat. Cara-cara seperti ini tidak sama dengan
cara-cara yang ada pada scientific worldview,dan oleh sebab itu
Prof.Alparslan menamakan worldview Islam sebaai 'quasi-scientific
worldview'.[13] Penjelasan lebih detail tentang pandangan hidup Islam
akan dilakukan kemudian.
Proses pembentukan pandangan hidup melalui penyebaran ilmu pengetahuan
diatas akan lebih jelas lagi jika kita lihat dari proses pembentukan
elemen-elemen pokok yang merupakan bagian dari struktur pandangan hidup
itu serta fungsi didalamnya. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa
pandangan hidup dibentuk oleh jaringan berfikir (mental network) yang
berupa keseluruhan yang saling berhubugan (architectonic whole).
Namun, ia tidak merepresentasikan suatu totalitas konsep dalam pikiran
kita. Ketika akal seseorang menerima pengetahuan terjadi proses seleksi
yang alami, dimana pengetahuan tertentu diterima dan pengetahuan yang
lain ditolak. Pengetahuan yang diterima oleh akal kita akan menjadi
bagian dari struktur worldview yang dimilikinya.
Meskipun pengetahuan yang diterima oleh akal manusia itu bersifat acak,
namun ia akan terstruktur dengan sendirinya dalam pikiran manusia.
Dari konsep-konsep yang ada dalam diri manusia maka kita dapat menyusun
kedalam beberapa struktur konsep. Professor Alparslan mengkategorikan
struktur pandangan hidup menjadi lima:
1) Struktur tentang kehidupan,
2) Struktur tentang dunia,
3) Struktur tentang manusia,
4) Struktur tentang nilai dan
5) strutktur tentang pengetahuan.[14]
Proses terbentuknya struktur konsep dalam worldview ini bermula dari
struktur tentang kehidupan, yang didalamnya termasuk cara-cara manusia
menjalani kegiatan kehidupan sehari-hari, sikap-sikap individual dan
sosialnya, dan sebagainya. Struktur tentang dunia adalah konsepsi
tentang dunia dimana manusia hidup. Struktur tentang ilmu pengetahuan
adalah merupakan pengembangan dari struktur dunia (dalam transparent
worldview).
Gabungan dari struktur kehidupan, dunia dan pengetahuan ini melahirkan
struktur nilai, dimana konsep-konsep tentang moralitas berkembang.
Setelah keempat struktur itu terbentuk dalam pandangan hidup seseorang
secara transparent, maka struktur tentang manusia akan terbentuk secara
otomatis.
Meskipun proses akumulasi kelima struktur diatas dalam pikiran
seseorang tidak selalu berurutan seperti yang disebut diatas, tapi yang
penting kelima struktur itu pada akhirnya menjadi suatu kesatuan
konsepsi dan berfungsi tidak saja sebagai kerangka umum (general
scheme) dalam memahami segala sesuatu termasuk diri kita sendiri, tapi
juga mendominasi cara berfikir kita. Disini dalam konteks lahirnya ilmu
pengetahuan di masyarakat, struktur ilmu pengetahuan merupakan asas
utama dalam memahami segala sesuatu. Ini berarti bahwa teori atau
konsep apapun yang dihasilkan oleh seseorang dengan pandangan hidup
tertentu akan merupakan refleksi dari struktur-struktur diatas.
Teori ini berlaku secara umum pada semua kebudayaan dan dapat menjadi
landasan yang valid dalam menggambarkan timbul dan berkembanganya
pandangan hidup manapun, termasuk pandangan hidup Islam. Berarti,
kegiatan keilmuan apapun baik dalam kebudayaan Barat, Timur maupun
peradaban Islam dapat ditelusur dari pandangan hidup masing-masing.
Pengalaman saya tentang pandangan hidup adalah ketika saya mengalami
kejadian yang mungkin tidak masuk akal atau sesuai nalar. Seperti yang
kita ketahui kehidupan ini ada suka dan duka. Ketika kita mendapatkan
keadaan suka rasanya diri kita seperti di awang-awang tetapi ketika
kita mengalami keadaan duka rasanya diri ini mengalami sakit yang bukan
kepayang.
Disinilah pandangan hidup yang berlandaskan agama diperlukan. Sebab
agama mengajarkan kita supaya ikhlas, sabar dan percaya akan takdir.
Dalam islam ada hadits yang berbunyi Innallaha ma ashobirin yang
artinya Allah SWT beserta orang-orang sabar makna yang terkandung dari
hadits di atas bahwa sebenarnya kita harus percaya bahwa orang sabar
& ikhlas selalu dilindungi Allah SWT. Dan kita pun harus percaya
dengan takdir (qada & qadar) karena itu merupaka rukun iman dalam
islam. Berikut ini hadits mengenai takdir manusia :
1. Proses penciptaan manusia dalam perut ibunya dan penentuan rezeki, ajal dan amalnya serta nasibnya sengsara ataukah bahagia
• Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Rasulullah saw. sebagai orang yang jujur dan dipercaya bercerita kepada
kami: Sesungguhnya setiap individu kamu mengalami proses penciptaan
dalam perut ibunya selama empat puluh hari (sebagai nutfah). Kemudian
menjadi segumpal darah selama itu juga kemudian menjadi segumpal daging
selama itu pula. Selanjutnya Allah mengutus malaikat untuk meniupkan
roh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara yaitu:
menentukan rezekinya, ajalnya, amalnya serta apakah ia sebagai orang
yang sengsara ataukah orang yang bahagia. Demi Zat yang tiada Tuhan
selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kamu telah melakukan amalan
penghuni surga sampai ketika jarak antara dia dan surga tinggal hanya
sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga ia melakukan
perbuatan ahli neraka maka masuklah ia ke dalam neraka. Dan
sesungguhnya salah seorang di antara kamu telah melakukan perbuatan
ahli neraka sampai ketika jarak antara dia dan neraka tinggal hanya
sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga dia melakukan
perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga. (Shahih Muslim
No.4781)
• Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Sesungguhnya Allah Taala mengutus seorang malaikat di dalam rahim.
Malaikat itu berkata: Ya Tuhan! Masih berupa air mani. Ya Tuhan! Sudah
menjadi segumpal darah. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal daging.
Manakala Allah sudah memutuskan untuk menciptakannya menjadi manusia,
maka malaikat akan berkata: Ya Tuhan! Diciptakan sebagai lelaki ataukah
perempuan? Sengsara ataukah bahagia? Bagaimanakah rezekinya? Dan
bagaimanakah ajalnya? Semua itu sudah ditentukan dalam perut ibunya.
(Shahih Muslim No.4785)
• Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Kami sedang mengiringi sebuah jenazah di Baqi Gharqad (sebuah tempat
pemakaman di Madinah), lalu datanglah Rasulullah saw. menghampiri kami.
Beliau segera duduk dan kami pun ikut duduk di sekeliling beliau yang
ketika itu memegang sebatang tongkat kecil. Beliau menundukkan
kepalanya dan mulailah membuat goresan-goresan kecil di tanah dengan
tongkatnya itu kemudian beliau bersabda: Tidak ada seorang pun dari
kamu sekalian atau tidak ada satu jiwa pun yang hidup kecuali telah
Allah tentukan kedudukannya di dalam surga ataukah di dalam neraka
serta apakah ia sebagai seorang yang sengsara ataukah sebagai seorang
yang bahagia. Lalu seorang lelaki tiba-tiba bertanya: Wahai Rasulullah!
Kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada takdir
kita dan meninggalkan amal-usaha? Rasulullah saw. bersabda: Barang
siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang berbahagia, maka dia
akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang berbahagia. Dan barang
siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang sengsara, maka dia akan
mengarah kepada perbuatan orang-orang yang sengsara. Kemudian beliau
melanjutkan sabdanya: Beramallah! Karena setiap orang akan dipermudah!
Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang berbahagia, maka
mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang bahagia.
Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang sengsara, maka mereka
juga akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang sengsara.
Kemudian beliau membacakan ayat berikut ini: Adapun orang yang
memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya
pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya
jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya
cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan
menyiapkan baginya jalan yang sukar. (Shahih Muslim No.4786)
• Hadis riwayat Imran bin Hushain ra., ia berkata:
Rasulullah saw. ditanya: Wahai Rasulullah! Apakah sudah diketahui orang
yang akan menjadi penghuni surga dan orang yang akan menjadi penghuni
neraka? Rasulullah saw. menjawab: Ya. Kemudian beliau ditanya lagi:
Jadi untuk apa orang-orang harus beramal? Rasulullah saw. menjawab:
Setiap orang akan dimudahkan untuk melakukan apa yang telah menjadi
takdirnya. (Shahih Muslim No.4789)
2. Tentang perdebatan antara Adam as. dan Musa as.
• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Pernah Adam dan Musa saling berdebat. Kata
Musa: Wahai Adam, kamu adalah nenek moyang kami, kamu telah
mengecewakan harapan kami dan mengeluarkan kami dari surga. Adam
menjawab: Kamu Musa, Allah telah memilihmu untuk diajak berbicara
dengan kalam-Nya dan Allah telah menuliskan untukmu dengan tangan-Nya.
Apakah kamu akan menyalahkan aku karena suatu perkara yang telah Allah
tentukan empat puluh tahun sebelum Dia menciptakan aku? Nabi saw.
bersabda: Akhirnya Adam menang berdebat dengan Musa, akhirnya Adam
menang berdebat dengan Musa. (Shahih Muslim No.4793)
3. Ketentuan nasib manusia terhadap zina dan lainnya
• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya Allah telah menentukan kadar
nasib setiap manusia untuk berzina yang pasti akan dikerjakan olehnya
dan tidak dapat dihindari. Zina kedua mata ialah memandang, zina lisan
(lidah) ialah mengucapkan, sedangkan jiwa berharap dan berkeinginan dan
kemaluanlah (alat kelamin) yang akan membenarkan atau mendustakan hal
itu. (Shahih Muslim No.4801)
4. Pengertian tentang setiap orang dilahirkan dalam keadaan fitrah
serta hukum anak-anak kafir dan anak-anak muslim yang meninggal dunia
• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan
fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi,
seorang Nasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang
melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat
yang terpotong hidungnya?. (Shahih Muslim No.4803)
• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya tentang anak orang-orang musyrik,
lalu beliau menjawab: Allah lebih tahu tentang apa yang pernah mereka
kerjakan. (Shahih Muslim No.4808)
Maka dari itu kita harus yakin dan percaya bahwa Allah telah memberikan hal yang terbaik bagi kita.
Mungkin pengalaman saya ini salah satu contoh hubungan manusia dengan
pandangan hidup nya yang berkaitan dengan hubungan spiritual. Semua
berawal ketika saya mengalami kejadian yang mungkin banyak orang bilang
saya berbohong atau dusta.
Sebelum saya memasuki tahun ajaran perkuliahan pada tahun ajaran
2008/2009 di PNJ (Politeknik Negeri Jakarta) untuk syarat masuk nya
harus dilakukan serangkaian tes, salah satunya tes kesehatan dari tes
buta warna sampai tes narkoba/psikotropika.
Ketika saya melakukan tes rontgen ternyata tulang belakang saya
mengalami bengkok atau lordosis. Lalu saya ingat tidak lurusnya tulang
saya ini dikarenakan saya pernah jatuh dari motor tetapi anehnya saya
tidak mengalami sakit sama sekali. Sampai-sampai dokter dan perawat
yang memeriksa saya bingung. Selesai pengecekan kesehatan bapak saya
berkata “Dit, besok kita ke sukabumi ke rumah pak ustad”. Lalu saya
jawab “iya pak”. Nama ustad tersebut saya memanggil nya abah kayubi.
Beliau merupakan ahli tulang.
Keesokaan harinya saya diurut/pijat di sukabumi di rumah pak ustad
tersebut. Rasanya saya pengin muntah ketika diurut dan sakit nya bukan
main. Selesai diurut pak ustad bertanya kepada saya. Pertanyaan nya
seperti ini “emang selama ini kamu nggak ngerasain sakit apa-apa dit?”.
Saya menjawab “enggak pak ustad”. Lalu beliau bertanya lagi “kamu
ngamalin ilmu apa?”. Saya menjawab lagi “saya enggak ngamalin ilmu
apa-apa pak ustad”. Beliau pun bingung. Lalu beliau menghisap rokok dan
beliau berkata “Dit, kamu tidak merasakan sakit karena al-fatihah yang
dibaca kamu sehabis sholat dan nasab (garis keturunan) saya adalah
orang yang memiliki karomah”. Saya kaget, bapak saya pun kaget
mendengar hal yang tidak masuk di akal tersebut. Lepas
berbincang-bincang dengan pak ustad saya kemudian pulang ke jakarta.
Besoknya saya tes rontgen lagi dan ternyata hasilnya mengejutkan tulang
saya menjadi lurus. Dari sini lah saya yakin ada kekuatan di luar
nalar manusia. Dan alhamdulillah saya dilahirkan dalam keadaan islam
karena dalam islam kita harus percaya akan takdir (qada dan qadar) yang
membuktikan bahwa ada suatu kekuatan diluar kehendak manusia yang
menentukan jalan hidup manusia.
source : http://fathoriknazam.blogspot.com/2011/05/hubungan-manusia-dan-pandangan-hidup.html#!/2011/05/hubungan-manusia-dan-pandangan-hidup.html